Ketika Corona Covid 19 Membuat Semua Merana

Ketika Corona Covid 19 Membuat Semua Merana

Opini : Monas Junior

Corona Virus Disease 2019 (Covid 19), menjadi momok bagi kesehatan dan perekonomian Indonesia.

Kita, rakyat Indonesia, ketiban sial yang berkepanjangan sejak Februari 2020 lalu. Apalagi ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ditetapkan presiden kita (Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang ditandatangani pada 31 Maret 2020), semua hal menjadi makin sulit dan menjepit.


Gerak-gerik kita semua terbatas. Bekerja susah, besosial dibatasi, apa-apa dipantau, sehingga kehidupan benar-benar di ambang batas paling bawah.

Warga golongan ekonomi kurang mampu termasuk golongan yang malah jadi -bisa dikatakan- enak zaman pandemi corona ini. Banjir bantuan mengalir deras ke mereka. Tetapi bagaimana dengan warga ekonomi menengah ke atas? Apa juga banjir bantuan?

Rasanya tidak. 

Golongan miskin terselubung meningkat drastis sejak pandemic corona ini. Pendapatan menurun drastis, pengeluaran tetap. 

Bahkan, cerminan ini sempat viral di media sosial. Ketika seorang karyawan swasta yang bergaji Rp 20 juta per bulan, kini hanya mendapat Rp 10 juta per bulan. Ia mengeluh tak mampu mencukupi kehidupan keluarga karena gaji Rp 10 juta itu habis untuk membayar utang-utang yang berjibun.

Sebagian netizen membully pernyataan itu. Sebagian kecil lain membela. Karena, ya, demikianlah yang terjadi.

Orang kaya terkadang tidak selalu kaya. Bahkan, di pajak pun, ketika melapor SPT tahunan, kita akan ditanya berapa pendapatan dan berapa utang? Nah, lihat. Utang membuat seseorang tidak dipandang kaya. Semakin besar utang, -sebenarnya- semakin miskin ia dinilai direktorat pajak.


 

Popular posts from this blog

Seru

PTPN VI Jambi